Cari Blog Ini

Kamis, 29 April 2010

Lobow – Siapakah Dirimu


Intro : A F#m D 2x

A  F#m       D         A

dengarkanlah hanya tuk kali ini

E          F#m Bm      E

kan ku katakan isi hatiku

A F#m D           A

semuanya kan ku ungkapkan

E         F#m     Bm        E

coba ku lihat apa kau mengerti

Chorus :

A               F#m

karna semakin hari

D               A/C#

kita jalan bersama

E               F#m

tapi aku tak mengenal

Bm       E   A

siapakah dirimu

Int : D

A      F#m        D        A/C#

jika memang cinta kau dan aku

E         F#m      Bm       E

harus berakhir dan menyakitkan

A     F#m        D         A/C#

ku terima pasti kan ku relakan

E         F#m Bm       E

biar tanpaku kau bahagia

Chorus :

A               F#m

karna semakin hari

D               A/C#

kita jalan bersama

E               F#m

tapi aku tak mengenal

Bm           E

siapakah dirimu

A              F#m

sudah lama terasa

D              A/C#

ku selalu mengalah

E                 F#m

atau memang kau inginkan

Bm            E   A

cukup sampai di sini

D                 A/C#

kau takkan pernah tahu dan menyadari

D C#m   E         A F#m D

hancurnya hati ini

A/C#              E F#m Bm E

hancurnya hati ini

Chorus :

A               F#m

karna semakin hari

D               A/C#

kita jalan bersama

E               F#m

tapi aku tak mengenal

Bm           E

siapakah dirimu

D              A/C#

sudah lama terasa

Bm             F#m

ku selalu mengalah

D                 A/C#

atau memang kau inginkan

Bm                F#m

cukup sampai di sini

D            E    A

cukup sampai di sini


Artikel Lobow – Siapakah Dirimu ini dipersembahkan oleh Lirik & Chord Lagu Indonesia Gratis @ Chordlaguindonesia.com. Kunjungi Juga Download Mp3 Gratis untuk download lagu indonesia terbaru.

Selasa, 27 April 2010

KONTROL ELEKTRONIK STABILITAS KENDARAAN (ELECTRONIC STABILITY CONTROL)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan teknologi otomotif pada masa kini dan masa akan datang mengarah pada perwujudan "Inteligent Stability Controlled Vehicle" yang akan betul-betul dapat menjamin keamanan dengan cara ketepatan pengendalian arah kendaraan. Faktor ini akan menjadi semakin penting karena kecepatan kendaraan berkembang semakin tinggi. Perkembangan ini dapat dilihat dari studi pustaka yang telah dilakukan dan beberapa paper seminar internasional yang dihadiri peneliti. Pada saat ini Bosch telah mengembangkan suatu sistem pengendalian arah kendaraan dengan memanfaatkan sistem control Anti Lock Brake System yang disebut Electric Stability Program (ESP). Cao Min pada tahun 2001, mengembangkan suatu konsep "Advance Automotive Control System in Future". Pada tahun yang sama Kihong Park mengembangkan penelitian "Development of Logic for Determining Reference Yaw Rate and Side-Slip Angle for Use in Vehicle Dynamics Control System", Motok Shino dan kawan dari University of Tokyo pada tahun 2002 mengembangkan penelitian "Vehicle Handling and Stability Control by Integrated Control of Direct Yaw Moment and Active Steering". Joost Zuurbier dan kawan dari Delft pada tahun 2002 mengembangkan Vehicle Dynamics Control dalam penelitiannya "State Estimation for Integrated Vehicle Dinamycs Control". Pada tahun yang sama 2002, Pongsathorn Raksincharoensak dan kawan dari Nissan Motor Co, mengembangkan penelitian "Vehicle Lane-Keeping Control by Four Wheel Steering System".
Ketika mobil diajak menikung ban depan cenderung slip keluar dari lintasan normal. Atau, mungkin juga terjadi oversteer yaitu situasi di mana pada saat mobil menikung roda belakang cenderung slip keluar dari lintasan normal. Untuk menghindari dua kemungkinan ini, cara berkendara yang paling aman adalah dengan mengurangi laju kendaraan beberapa meter sebelum memasuki tikungan. Namun, dengan kemajuan teknologi sekarang ini, dua kemungkinan tersebut sudah tak menjadi persoalan bagi dunia otomotif. Apalagi sejak ditemukan teknologi yang dikenal dengan sebutan stability control, yang di pasar otomotif hadir dengan beragam nama meskipun fungsinya sama. Ada yang menyebutnya dengan istilah electronic stability program (ESP), dynamic stability control (DSC), stability traction (StabilTrack) , stability management dll. Pada mobil yang belum mengaplikasikan fitur ini, kurangilah kecepatan saat hendak bermanuver. Selain mengurangi kecepatan, yang harus diperhatikan lagi adalah beri lampu sein sebagai tanda Anda akan berbelok ke kiri atau kanan. Dan bila hendak memasuki tikungan ketika melaju di malam hari, nyalakan lampu dim agar pengendara yang berlawanan dengan Anda bisa mengantisipasi. Kecelakaan mobil menjadi momok pengendara maupun pejalan kaki. Dari tahun ke tahun, jumlah kecelakaan lalu lintas kerap bertambah. Industri otomotif akhirnya menciptakan teknologi pengamanan pada kendaraan. Utamanya, untuk keselamatan pengemudi dan orang lain. Beberapa tahun silam, Volvo mengeluarkan sistem pengamanan preventif dengan menggunakan detector jarak yang terpasang pada bagian-bagian tubuh mobilnya. Tujuannya adalah untuk mengatur jarak aman kendaraan yang dikemudikan dengan kendaraan atau obyek lainnya. Jika jarak aman terganggu semisal ada mobil berjarak sangat dekat dan berpotensi mengancam crash, maka sinyal suara akan berbunyi untuk memperingatkan pengemudi Mengambil Insiatif pencegahannya. Ada empat teknologi keselamatan kendaraan yang kini sudah banyak digunakan. Diantaranya adalah kontrol jelajah adaptif, yakni penggunaan sensor atau radar yang bisa menghitung jarak aman dengan kendaraan sekitarnya. Hal yang sudah ditelurkan oleh Volvo. Sarana ini menjadi penting mengingat jumlah kendaraan di jalan raya yang makin meningkat serta unsur safety di jalan yang harus menjadi prioritas. Cara kerja terkini adalah sensor tersebut men-stimuli secara otomatis injakan pedal gas dan rem yang diinjak pengemudi kemudian mengontrolnya ke dalam batas kecepatan dan handling yang aman. TRW Automotive, perusahaan yang giat mengembangkan sistem pengamanan kendaraan dengan menggunakan radar. Cara kerjanya adalah selalu menjaga jarak aman dengan mobil di depannya meski mobil di depan terjadi pengereman mendadak sekalipun. Pengendaliannya secara otomatis atau atas perintah pengemudi.
Teknologi keselamatan kedua adalah pengingat pengemudi dan deteksi blind spot. Cara ini sama halnya dengan alat jelajah adaptif, namun lebih rinci. Alat pengingat pengemudi mempertegas konsentrasi pengemudi jika kurang awas karena masalah kesehatan atau konsentrasi. Melalui getaran setir, jok, atau alarm, kedipan lampu peringatan, atau indikator lainnya, pengemudi senantiasa diingatkan untuk tetap mengontrol kendaraannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Sistem ESP/ESC
Electronic Stability Control (ESC) dirancang membantu pengemudi untuk mempertahankan kontrol kendaraannya pada manuver kecepatan tinggi atau di jalan licin. Biasanya kondisi itu menimbulkan gejala oversteer atau understeer. ESC mengaplikasikan rem dan kontrol mesin untuk mengendalikan mobil tetap dijalurnya.
Riset di USA pada 2004 menunjukkan efek signifikan ESC mengurangi resiko fatal pada kecelakaan tunggal. Para peneliti dari Insurance Institute Highway Safety (IIHS) menguatkan hasil penelitian 2004 dengan menunjukkan bahwa ESC mengurangi resiko fatal hingga32% pada kecelakaan antar kendaraan. Penelitian ini juga mengkonfirmasi pada kecelakaan tunggal ESC bisa mengurangi resiko fatal hingga lebih dari 40%. Para peneliti memperkirakan, jika semua mobil dilengkapi ESC, maka 10,000 kecelakaan fatal di jalanan USA bisa dihindari setiap tahun. Penemuan ini mengindikasikan ESC seharusnya jadi standar pada setiap kendaraan," kata Susan Ferguson, senior vice president for research lembaga itu."Jaranrg adalah teknologi safety yang menunjukkan efek begitu besar dalam mengurangi kecelakaan fatal."
Di USA, saat ini 40% kendaraan penumpang keluaran 2006 sudah dilengkapi ESC sebagai perlengkapan standar dan 15 % menawarkannya sebagai optional. ESC menjadi standar di tiap model Audi, BMW, Infiniti, Mercedes-Benz dan Porsche keluaran 2006. Cadillac, Jaguar, Land Rover, Lexus, Mini, Toyota, Volkswagen dan Volvo juga menawarkan pada setiap model, setidaknya optional.
Di Indonesia, mobil-mobi premium biasanya sudah dilengkapi dengan perangkat ini. Bisa jadi pertimbangan harga menyebabkan ESC tidak dipasang di mobil-mobil kebanyakan. Di USA sebagai ESC ditawarkan antara $300 - $800 sebagai sistem tunggal. Bila dilengkapi fitur-fitur lainnya harganya dengan cepat naik diatas $1000

B. Gambaran Umum

ESC diperkenalkan pertamakali oleh Robert Bosch GmbH, perusahaan komponen otomotif ternama Jerman. Sistem ini disebutnya Elektronisches Stabilitätsprogramm (ESP) yang pertamakali dipakai Mercedes-Benz dan BMW tahun 1995. Continental Automotive System kemudian menawarkannya ke pasar lebih luas dengan nama Electronic Stability Control yang kemudian jadi nama generik, meskipun banyak produsen otomotif memakai nama lain untuk versinya masing-masing.

ESC terbilang baru. Baru beberapa tahun lalu para peneliti mendapat data yang cukup untuk menganalisa efeknya terhadap kecelakaan sesungguhnya. Dengan menggunakan data-data Fatality Analysis Reporting System dan laporan polisi mengenai kecelakaan di 10 negara bagian antara 2001 - 04, IIHS membandingkan rate kecelakaan untuk sedan dan SUV (model yang sama) yang menggunakan ESC dan tidak.
ESC diketahui memberikan manfaat lebih besar untuk SUV dibandingkan sedan. Reduksi resiko kecelakaan tunggal untuk SUV mencapai 49% dibanding 33% untuk sedan. Banyak kecelakaan tunggal juga membuat mobil terguling. Efektifitas ESC mencegah rollover sangat dramatis. ESC mengurangi resiko SUV terguling hingga 80% dan 77% sedan.
Electronic Stability Program (ESP) atau Electronic Stability Control (ESC) merupakan teknologi keempat yang digunakan dewasa ini untuk pencegah terguling (rollover prevention). Cara kerjanya adalah mengencangkan sabuk pengaman dan mengaktifkan roll bar. Malah ada yang bekerja memperingati kemungkinan mobil terbalik ketika membelok dengan cepat. Untuk peringatan ini, sekaligus mengaktifkan rem dan pengurangan pada tekanan pedal gas. Mercedez Benz dengan electronic roll mitigation, Volvo dengan roll stability control, General Motor (GM) dengan proactive roll avoidance, dan Range Rover dengan active roll mitigation, sudah menerapkan teknologi ini. (BIM)

C. Komponen – Komponen ESP


Gambar 1 : komponen ESP/ESC pada kendaraan

Komponen komponen ESP pada kendaraan meliputi :
1. ESP-Hydraulic unit with integrated ECU
Merupakan rangkaian hidrolik pada booster rem dan roda – roda yang berintegrasi atau di kontrol oleh ECU
2. Wheel speed sensor
Merupakan sensor yang memantau kecepatan putaran roda
3. Steering angle sensor
komponen ini merupakan sensor yang bekerja memantau sudut belok kendaraan pada saat dibelokan ke arah kanan ataupun kiri
4. Yaw rate sensor with integrated acceleration sensor
Merupakan sensor yang berfungsi memantau akselerasi (percepatan) kendaraan
5. Engine-management ECU for communication
Merupakan otak dari system elektronik pada kendaraan yang berfungsi mengatur seluruh system otomatis yang menggunakan sensor elektronik dalam kendaraan


D. Prinsip kerja
Electronic Stability Program, anti over steer & under steer. Teknologi suspensi Mercedes Benz. Basic cara kerjanya adalah mengontrol laju pengendaraan dengan secara selektif memberikan pengereman pada roda yang paling membutuhkan. Dalam kondisi jalan lurus, kendaraan pun melaju lurus di permukaan jalan rata, maka pengereman terpusat pada ke-empat roda secara bersamaan. Namun jika jalan berbelok atau mobil melaju berbelok atau kondisi jalan tidak rata. maka beban pengereman tidaklah terpusat pada ke empat roda secara merata. ESP mengatur pengereman sedemikian rupa agar mobil tidak kehilangan kendali sekalipun pengereman tiba-tiba sewaktu berbelok disertai kecepatan tinggi. ESP bekerja dengan sensor elektronis (48 kilobyte) yang keseluruhannya mengontrol akselerasi, pengereman di berbagai jenis kondisi jalanan, mengontrol putaran masing-masing roda, menurunkan rpm untuk pada kondisi tertentu untuk menghindari selip.
Rem ABS memiliki sejumlah sensor kecepatan dan ESC menambah sensor yang secara kontinyu memonitor seberapa baik kendaraan merespon input dari roda kemudi. Sensor-sensor ini bisa mendeteksi kapan pengemudi kehilangan kontrol karena mobil melenceng dari jalur yang seharusnya dilalui, -masalah yang sering muncul pada manuver kecepatan tinggi atau jalan licin-. Dalam situasi ini, otomatis ESC mengerem ban-ban secara individual untuk menjaga mobil tetap terkontrol. Bila pengemudi melakukan gerakan manuver mendadak, misal menikung terlalu cepat, mobil beresiko hilang kontrol. Maka ESC akan melakukan serangkaian pengereman yang diperlukan dan pada kasus-kasus tertentu juga mengurangi kecepatan mobil agar mobil tetap terkontrol.
Kerja ESP membantu pengendalian mobil ketika kemudi diputar secara mendadak saat kendaaraan tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak hanya pada waktu berbelok melibas tikungan, melainkan juga ketika pengemudi memutar setir untuk menghindari objek yang tiba-tiba muncul di depan. Hal itu dapat terjadi karena stability control system menggunakan sensor yang secara konstan memonitor kecepatan putaran masing-masing roda, sudut putaran setir, dan akselerasi lateral (menyamping) . Sistem itu juga memonitor kerja banyak sistem lain, apakah menyimpang atau tidak. Semua informasi itu dikumpulkan oleh komputer, yang akan menentukan apakah mobil itu berjalan sesuai dengan keinginan pengendaranya atau tidak. Dan jika tidak sesuai, stability control system akan mengintervensi dan mengembalikan posisi mobil sesuai dengan yang diinginkan pengendara. Demikianlah kehebatan mobil yang telah mengaplikasikan fitur stability control dalam melindungi dan menjaga keselamatan pengendara meskipun tengah berkendara dalam kecepatan tinggi. Jika mobil mengalami understeer, fitur canggih ini akan menerapkan rem pada roda belakang bagian dalam sehingga mobil tertarik kembali ke lintasan yang seharusnya dilalui. Sementara jika mobil mengalami oversteer, stability program akan menerapkan rem hanya pada roda depan bagian luar sehingga mobil tertarik kembali kelintasan yang seharusnya dilalui.
Electronic Stability Program (ESP®) saat ini sudah diperbaharui dengan fungsi tambahan : the STEER CONTROL steering assistance system. Ini diaplikasikan bersama dengan electromechanical power steering system, untuk membantu servo assistance dalam menjaga kestabilan kendaraan saat sedang dikemudikan.

Gambar 2 : kendaraan tanpa ESP dengan kendaraan dengan ESP
Tabel dibawah ini berdasarkan pada gambar 2 merupakan perbedan kendaraan yang menggunakan ESP dan yang tidak menggunakan ESP


E. Penerapan Pada Kendaraan
ESP telah di aplikasi oleh bebrapa produsen merk mobil ternama di dunia yang di antaranya : Mercedez Benz dengan electronic roll mitigation, Volvo dengan roll stability control, General Motor (GM) dengan proactive roll avoidance, dan Range Rover dengan active roll mitigation, sudah menerapkan teknologi ini. (BIM)
ESP dalam berbagai merk kendaraan mempunyai nama khas yang berbeda namun ada juga merk kendaraan yang tetap menggunakan nama Elektronic stability Program, berikut datar Nama lain ESP di beberapa pabrikan kendaraan di dunia :
* Peugeot: Electronic Stability Programme (ESP)
* Pontiac: StabiliTrak
* Porsche: Porsche Stability Management (PSM)
* Renault: Electronic Stability Programme (ESP)
* Rover Group: Dynamic Stability Control (DSC)
* Saab: Electronic Stability Programme
* Saturn: StabiliTrak
* SEAT: ESP - Electronic Stability Programme
* Škoda: ESP - Electronic Stability Programme
* Smart: Electronic Stability Programme (ESP)
* Subaru: Vehicle Dynamics Control Systems (VDCS)
* Suzuki: Electronic Stability Programme (ESP)
* Toyota: Vehicle Dynamics Integrated Management (VDIM) with Vehicle Stability Control (VSC)
* Vauxhall: Electronic Stability Programme (ESP)
* Volvo: Dynamic Stability and Traction Control (DSTC)
* Volkswagen: ESP - Electronic Stability Programme
* Acura: Vehicle Stability Assist (VSA)
* Alfa Romeo: Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Audi: ESP - Electronic Stability Programme
* Bentley: ESP - Electronic Stability Programme
* Bugatti: ESP - Electronic Stability Programme
* Buick: StabiliTrak
* BMW: Dynamic Stability Control (DSC) (including Dynamic Traction Control)
* Cadillac: StabiliTrak & Active Front Steering (AFS)
* Chery Automobile: Electronic Stability Programme
* Chevrolet: StabiliTrak; Active Handling (Corvette only)
* Chrysler: Electronic Stability Programme (ESP)
* Citroën: Electronic Stability Programme (ESP)
* Dodge: Electronic Stability Programme (ESP)
* Daimler: Electronic Stability Programme (ESP)

* Holden: Electronic Stability Programme (ESP)
* Hyundai: Electronic Stability Programme (ESP), Electronic Stability Control (ESC), and Vehicle Stability Assist (VSA)
* Infiniti: Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Jaguar: Dynamic Stability Control (DSC)
* Jeep: Electronic Stability Program (ESP)
* Kia: Electronic Stability Programme (ESP)
* Lamborghini: ESP - Electronic Stability Programme
* Land Rover: Dynamic Stability Control (DSC)
* Lexus: Vehicle Dynamics Integrated Management (VDIM) with Vehicle Stability Control (VSC) and Traction Control (TRAC) systems
* Lincoln: AdvanceTrac
* Maserati: Maserati Stability Programme (MSP)
* Mazda: Dynamic Stability Control (DSC) (Including Dynamic Traction Control)
* Mercedes-Benz (co-inventor): Electronic Stability Programme (ESP)
* Mercury: AdvanceTrac
* MINI: Dynamic Stability Control
* Mitsubishi: Active Skid and Traction Control MULTIMODE and Active Stability Control (ASC)
* Nissan: Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Oldsmobile: Precision Control System (PCS)
* Opel: Electronic Stability Programme (ESP)
* Fiat: Electronic Stability Programme (ESP) and Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Ferrari: Controllo Stabilità (CST)
* Ford: AdvanceTrac with Roll Stability Control (RSC) and Interactive Vehicle Dynamics (IVD) and Electronic Stability Programme (ESP); Dynamic Stability Control (DSC) (Australia only)
* General Motors: StabiliTrak
* Honda: Electronic Stability Control (ESC) and Vehicle Stability Assist (VSA) and Electronic Stability Programme (ESP)
F. Kelemahan
System ESP dapat bekerja karena adanya baterai karena system ini di kendalikan oleh ECU (engine control unit) yang merupakan system elektronik yang memerlukan energy listrik, jika baterai tidak optimal ataupun mengalami trouble maka system ini tidak dapat bekerja
Untuk pengemudi yang tidak memperhatikan , karena menggunakan ESP, ada pengemudi yang merasa bisa ngebut sesuka hatinya ketika melewati tikungan, melewati batas yang dapat ditoleriri mobil atau sistem ESP. Bila ini terjadi, mobil akan terbanting dengan sangat keras dan menimbulkan bahaya lebih besar.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Elektronik stability program/control merupakan system yang dikontrol otomatis oleh ECU yang bertujuan untuk menjaga keselamatan berkendara. System ini dirasa sudah cukup bagi setiap kendaraan dan terbukti mengurangi kecelakaan. Alangkah baiknya apabila setiap kendaraan mengaplikasi system ini karena sangat bermanfaat sekali guna mengurangi resiko kecelakaan dalam berkendara.

B. Saran
ESP juga dikritik karena sejumlah pengemudi merasa fitur membatasi eksplorasi pengemudi terhadap perilaku dinamis mobil mereka. ESP 'merampok' kesenangan mereka berkendara, katanya. Karena itu, beberapa perusahaan otomotif menawarkan sistem dimana pengemudi bisa memilih untuk menghilangkan fungsi ESP. Yang lain menambah batas toleransi oversteer atau understeer sebelum ESP menginterverensi. Ada juga pengemudi yang memodifikasi ESP mereka.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.aa1car.com/library/stability_control.htm
http://www.racq.com.au/motoring_advice/safer_cars#left_nav
http://forum.otomotifnet.com/forum/archive/index.php/t-3313.html.
http://forum.otomotifnet.com/otoforum/showthread.php?t=3313
http://74.125.153.132/search?q=cache:Horw_2sDMnkJ:www.mobilku.com/cgi-bin/index.cgi%3Fp%3D9022%26id%3D66+fungsi+sistem+esp+elektron

teknik pengecoran_treatment logam

HEAT TREATMENT (PERLAKUAN PANAS) PADA LOGAM/LOGAM CAIR SAAT PELEBURAN

A. Definisi
Heat Treatment: Sebuah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan yang diterapkan pada suatu logam atau paduan dalam keadaan padat untuk mendapatkan kondisi yang diinginkan atau properti. Heating untuk tujuan tunggal adalah bekerja panas dikecualikan dari makna definisi ini. Proses kombinasi pemanasan dan pendinginan yang bertujuan mengubah struktur mikro dan sifat mekanis logam disebut perlakuan panas (heat treatment). Logam yang didinginkan dengan kecepatan dan media pendingin berbeda memberikan perubahan struktur mikro yang berbeda pula. Setiap struktur mikro yang terbentuk (martensit, bainit, ferit dan perlit) merupakan hasil transformasi fasa austenit. Tiap fasa tersebut terbentuk pada kondisi pendinginan yang berbeda-beda sebagaimana yang dapat dilihat pada diagram CCT dan TTT. Tiap fasa memiliki nilai kekerasan yang berbeda-beda
B. Alat/Bahan
1. Tungku /dapur pleleburan logam sebagai tempat treatment
2. Generator udara panas

Gambar 1 : Proses treatment di suatu industri
C. Cara kerja
Teknologi ini menggunakan gas industri seperti nitrogen, hidrogen, karbondioksida (CO2), argon, helium dan methanol sebagai pengganti atau pelengkap atmosfir yang dihasilkan oleh generator gas, dalam furnace heat treatment untuk memodifikasi sifat-sifat besi coran. Hal ini memberikan manfaat yang besar dari segi finansial untuk proses annealing, sintering, brazing, carburising, decarburising, neutral hardening(pengerasan), vacuum backfill, autoclave curing, heat treatment secara cryogenic dan aplikasi pemrosesan lainnya dalam cast iron dan steel foundries

Gambar 2 : Tungku Heat Treatment
D. Contoh Heat treatment dan diagramnya
1. Efek Treatment Pada Struktur Mikro Dan Ukuran Butiran
Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi. Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat pada suhu 13500, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment. Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan (Equilibrium Phase Diagram).


Fig 6.3 Equilibrium phase diagram for iron – iron carbide system (f.c.c.face – centred cubic: b.c.c. body-cenreed cubic)

Penjelasan diagram:
• Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
• Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas
• Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
• Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.
• Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.
• Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.
• Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro Austenit.
• Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi Austenit.
Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan perubahan – perubahan pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia.
2. Heat Treatment Dengan Pendinginan Tak Menerus
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada diagram: Isothermal Tranformation Diagram.

Fig. 6.4 Isothermal transformation diagram for 0.2 C. 0.9% Mn steel

Penjelasan diagram:
• Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar karbon dalam baja.
• Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhunya dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perlit dan ferit.
• Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari perlit).
• Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas).
• Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser kekanan.
• Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.

E. Daftar pustaka
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/heat-treatment-of-steel-terminology/